JAKARTA SELATAN (25 Juni 2024) – Menteri Sosial Tri Rismaharini mengajak masyarakat agar memberikan ruang dan peluang bagi penyandang disabilitas untuk berkembang antara lain melalui pendidikan. Jika diberi peluang, penyandang disabilitas yang sebenarnya orang-orang istimewa, bisa berkembang seperti halnya orang lain.
“Kalau penyandang disabilitas tidak diberi peluang, kita telah berbuat salah,” kata Menteri Sosial Tri Rismaharini dalam kegiatan Pelatihan Penanganan Disabilitas Secara Inklusif, Holistik dan Integratif bagi Sumber Daya Manusia Kesejahteraan Sosial yang berlangsung di Jakarta, Selasa (25/6). Kegiatan ini diselenggarakan Kemensos bersama Disability Innovation Center (DIC) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) di Aula Pusdiklat dan Pengembangan Profesi (Pudiklatbangprof) Kemensos di Jakarta.
Mensos Risma kemudian menceritakan pengalamannya saat menangani anak-anak penyandang disabilitas di Surabaya. Saat itu sebagai Wali Kota Surabaya, Risma ingin anak-anak penyandang disabilitas bisa belajar dan sekolah inklusif seperti anak-anak lainnya. Karena jika penyandang disabilitas harus bersekolah khusus yang lokasinya jauh dari rumahnya, pasti akan sangat berat dari sisi biaya transportasi sehingga mereka tidak bisa sekolah. “Mereka harus masuk ke sekolah dasar terdekat dengan rumahnya.
“Kebijakan ini kemudian berjalan, tapi persoalannya, ternyata guru-guru tidak mengetahui cara mengajar untuk anak berkebutuhan khusus atau anak penyandang disabilitas,” kata Mensos Risma. “Karena prinsipnya anak-anak penyandang disabilitas harus belajar, akhirnya saya meminta bantuan Unesa untuk mendidik guru-guru agar bisa mengajar anak disabilitas,” imbuhnya.
Mensos Risma berpandangan, belajar adalah sesuatu yang mutlak bagi semua orang termasuk penyandang disabilitas untuk meningkatkan wawasan dan kemampuannya. Mensos Risma kemudian mencontohkan dirinya yang belajar banyak hal di luar negeri saat berkarier di Pemkot Surabaya, mulai dari belajar soal bangunan, jalan, saluran hingga tanaman. “Ilmu itu pasti bermanfaat untuk kehidupan. Belajar itu keharusan. Mereka yang tidak belajar, pada dasarnya sombong karena merasa pintar. Padahal sifat sombong sangat dibenci Tuhan,” kata Mensos Risma mengingatkan.
Mensos Risma memaparkan, bukan cuma penyandang disabilitas yang perlu diberi peluang. Anak-anak yang mempunyai masalah sosial juga perlu diberi peluang dan kesempatan belajar agar hidupnya yang sekarang lebih baik dari masa lalu, dan hidup di masa depan lebih baik dari masa sekarang. Mensos Risma kemudian menceritakan kisah Bledek, anak di Surabaya yang pernah merampok dan bahkan membunuh. Namun Bledek terus diberi peluang dan pelatihan sehingga menjadi olahragawan yang sukses. Bledek kemudian menjadi petinju yang sukses dan berhasil meraih empat medali emas di PON, sehingga mendapat penghargaan dari Pemprov Jawa Timur Rp 400 juta untuk empat medali emas dan Rp 200 juta dari Pemkot Surabaya. “Saya ingin menekankan, siapapun bisa sukses asalkan diberi ruang dan peluang untuk berkembang,” tegas Mensos Risma.