Jakarta, 6 Juli 2024 – Puncak acara Festival Kurikulum Merdeka (FKM) 2024 di Plenary Hall Jakarta Convention Center, Jumat (5/7) berlangsung semarak. Kegiatan Gelar Wicara sesi pertama dengan tema “Belajar Lebih Bermakna dan Menyenangkan” menjadi magnet antusiasme pengunjung dan masyarakat yang hadir.
“Puncak acara Festival Kurikulum Merdeka 2024 kali ini kami menyajikan sejumlah inovasi pembelajaran bermakna yang telah dilakukan di berbagai wilayah Indonesia, termasuk daerah-daerah yang sulit dijangkau,” ujar Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus selaku Ketua Pelaksana Festival Kurikulum Merdeka 2024, Aswin Wihdiyanto, dalam sambutan pembukaan sekaligus meluncurkan pameran digital Festival Kurikulum Merdeka di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Jumat (5/7).
Beragam aktivitas pada Puncak Festival Kurikulum Merdeka menampilkan suasana semarak nan inspiratif dengan harapan agar pengunjung dapat termotivasi untuk terus menjaga keberlanjutan gerakan Merdeka Belajar yang digagas lewat pemikiran Ki Hadjar Dewantara. “Beragam cerita yang disajikan dapat menguatkan semangat ekosistem untuk semakin yakin dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di Tahun Ajaran Baru 2024/ 2025,” imbuh Aswin.
Dalam pembukaan, Aswin menjelaskan festival ini bertujuan untuk mendorong penyebarluasan berbagai cerita praktik nyata pembelajaran menyenangkan dan bermakna bersama Kurikulum Merdeka. Dengan menyoroti serunya proses belajar mengajar peserta didik dan pendidik, serta dampak positif yang dirasakan oleh orang tua, festival ini ingin menciptakan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya pembelajaran bermakna dan menyenangkan yang berpusat pada murid.
Sesi gelar wicara pertama menjadi salah satu bagian penting dalam gelaran Puncak Festival Kurikulum Merdeka sebagai ruang berbagi pengalaman, wawasan, dan inspirasi terkait implementasi Kurikulum Merdeka serta refleksi pembelajaran di akhir tahun ajaran 2023/2024. Narasumber yang hadir mencakup seorang guru sekaligus konten kreator yaitu Galih Sulistyaningra serta tiga perwakilan dari peserta terpilih Potret Cerita Kurikulum Merdeka 2024 dari Kategori Peserta Didik, yaitu Udzma Naziihati Mahfudzah dari SMAN 1 Kelumpang Hilir, Kab. Kotabaru, Prov. Kalimantan Selatan, peserta terpilih dari Kategori Pendidik dan Tenaga Kependidikan, yaitu Stefanus Padeng, SDI Pelibaler, Kab Sikka, Prov. Nusa Tenggara Timur, dan peserta terpilih dari kategori orang tua, yaitu Sri Mayawati, SLB Negeri Lahat, Kab. Lahat, Prov. Sumatera Selatan. Sesi gelar wicara pertama ini dipandu oleh Nucha Bachri, seorang pegiat pendidikan dan dikemas dengan serangkaian visualisasi yang memberikan pengalaman lebih mendalam kepada audiens mengenai karya Potret Cerita Kurikulum Merdeka dari masing-masing peserta.
Galih Sulistyaningra mengatakan, dirinya percaya bahwa Kurikulum Merdeka memberikan fleksibilitas bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada murid. “Guru benar-benar memperhatikan murid sesuai dengan level belajarnya, sehingga guru bisa lebih fleksibel dan leluasa dalam proses pembelajaran,” ujanya.
Pembicara kedua yaitu Stefanus merupakan peserta terpilih Potret Cerita Kurikulum Merdeka dari Kategori Pendidik dan Tenaga Kependidikan (guru). Ia mengatakan, “Kurikulum Merdeka mendorong guru untuk melakukan pembelajaran terdiferensiasi. Karena sejatinya guru harus melayani murid sesuai dengan kebutuhannya,” ujar Stefanus. Melalui Pojok Curhat TIRTA yang disampaikan melalui foto karyanya, Stefanus memberikan gambaran asesmen awal yang dilakukan untuk merancang pembelajaran terdiferensiasi. Mulai dari menyampaikan tujuan diskusi bersama murid, melakukan identifikasi kebutuhan murid, menyusun rencana tindak lanjut, hingga memperkuat komitmen guru dalam merancang pembelajaran sesuai kebutuhan murid.
Senada dengan Stefanus, Sri Mayawati dari SLB Negeri Lahat, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Beliau merupakan peserta terpilih Potret Cerita Kurikulum Merdeka dari kategori Orang Tua. Sri mengatakan, “Dengan Kurikulum Merdeka, kolaborasi dan komunikasi antara orang tua dan guru menjadi lebih baik. Guru sangat terbuka dengan orang tua, sehingga orang tua dapat dengan leluasa mengetahui perkembangan anak dan mendiskusikan tantangan yang mereka hadapi.”
Berikutnya, Udzma Naziihati Mahfudzah yang akrab dipanggil Naziiha dari SMAN 1 Kelumpang Hilir, Kalimantan Selatan. Udzma adalah peserta terpilih Potret Cerita Kurikulum Merdeka dari kategori Peserta Didik. “Dalam Kurikulum Merdeka, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena belajar tidak hanya di dalam kelas, namun juga di luar ruang kelas dengan praktek langsung. Karya ini bercerita tentang proses pembuatan briket kompos sebagai salah satu pembelajaran terintegrasi, sebuah solusi nyata atas limbah kelapa sawit di sekitar lingkungan kami, yang kemudian diolah menjadi pupuk dalam bentuk briket kompos,” ujar Udzma.
Festival Kurikulum Merdeka telah dilaksanakan sejak bulan April dengan dibukanya kegiatan Potret Cerita Kurikulum Merdeka, sebuah ruang belajar dan berbagi cerita seru tentang pembelajaran dengan Kurikulum Merdeka sesuai kebutuhan murid dan kondisi satuan pendidikan dalam bentuk unggahan karya foto dan video melalui media sosial. Dari 43.000 karya yang masuk, ada 46 karya terpilih yang dipamerkan dalam kegiatan Puncak Festival Kurikulum Merdeka dan 221 karya foto dan video terpilih yang ditampilkan pada pameran digital Festival Kurikulum Merdeka sebagai inspirasi bagi ekosistem pendidikan yang dapat diakses melalui feskurmer.kemdikbud.go.id.
Mari sambut tahun ajaran baru 2024/2025 dengan bergerak bersama ciptakan pembelajaran berkualitas bagi semua bersama Kurikulum Merdeka.