Surabaya, 5 Juli 2024 – Transformasi pendidikan kejuruan terus mendorong kemitraan sebagai kebijakan dasar yang fundamental untuk membangun pendidikan vokasi yang lebih kuat. Joint Working Group (JWG) ke-13 pun menjadi kesempatan untuk mendorong dan memperkuat kolaborasi antara Indonesia dan Prancis dalam rangka penguatan pendidikan vokasi untuk masa depan Indonesia.
Berbicara dalam forum JWG ke-13, Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kiki Yuliati, mengatakan bahwa Kemendikbudristek telah membuat kebijakan besar yang menjadikan kemitraan sebagai kebijakan dasar yang fundamental dengan mendorong satuan pendidikan vokasi untuk membangun kemitraan yang lebih kuat dengan dunia usaha dan dunia industri.
“Kami mendorong mereka untuk menyelaraskan kurikulum dan mengembangkan kurikulum berbasis kompetensi. Kami ingin mereka memiliki konten yang fleksibel namun relevan dalam kurikulum, fokus pada soft skill dan pengembangan karakter,” kata Dirjen Kiki dalam paparannya, Rabu (3/7).
Sekolah dan kampus vokasi, lanjut Dirjen Kiki, juga terus didorong untuk membangun teaching factory dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) dengan lingkungan pembelajaran berbasis kerja.
“Kami juga memiliki praktisi pengajar. Kami mengundang para praktisi, pebisnis ke ruang kelas untuk mengajar dan menginspirasi para mahasiswa dan dosen kami,” terang Dirjen Kiki.
Untuk mendukung ekosistem riset di kampus vokasi, pemerintah, lanjut Dirjen Kiki, juga mendorong kolaborasi penelitian melalui Kedaireka.
“Kami juga memiliki program khusus magang di industri untuk para pengajar dan juga dosen, termasuk mahasiswa. Kami menyebutnya Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB),” lanjutnya.
Lebih lanjut, Dirjen Kiki menyampaikan bahwa Indonesia memiliki beberapa ruang untuk berkolaborasi, terutama dalam pendidikan vokasi. Kemendikbudristek memiliki skema pendanaan bersama untuk penelitian.
“Program Matching Fund adalah program yang mendorong transformasi dalam penelitian. Kami mengundang industri untuk berkolaborasi dengan universitas untuk melakukan penelitian,” ucapnya.
Kiki menambahkan bahwa terdapat 6 fokus penelitian dalam transformasi ekonomi yang menjadi fokus pada tahun 2024, termasuk penelitian kolaboratif yang difokuskan pada isu perubahan iklim. Proyek-proyek tersebut antara lain, 1) ekonomi hijau, pembangunan berkelanjutan, energi terbarukan; 2) ekonomi biru, maritim, kelautan dan perikanan; 3) teknologi tepat guna pada Science, Technology, Engineering, Math (STEM); 4) sektor pariwisata; 5) teknologi dan alat kesehatan, terutama untuk mendukung kemampuan kita dalam menangani penanganan pandemi, dan teknologi untuk mendukung persediaan alat kesehatan dan alat kesehatan; dan 6) teknologi digital.
Berbagai program yang dikemas dalam kebijakan Merdeka Belajar tersebut, lanjut Dirjen Kiki, diharapkan akan mendorong para siswa/mahasiswa vokasi untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.
“Kami ingin masyarakat Indonesia menjadi pembelajar sepanjang hayat dengan karakter yang kuat dan berdasarkan Pancasila. Oleh karena itu, kami turut mengubah ruang kelas kami, mengubah lingkungan belajar kami dari yang tadinya sekolah sebagai sebuah beban dan sekarang sekolah sebagai pengalaman yang menyenangkan,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Dirjen Kiki juga menjelaskan tentang mobilitas staf, pelatihan keahlian yang didanai penuh untuk dosen dan tenaga kependidikan Indonesia ke berbagai negara, termasuk Prancis untuk program singkat maupun program non-gelar.
“Kami juga mengundang institusi-institusi Prancis, tidak hanya perusahaan-perusahaan, tetapi juga universitas-universitas untuk program-program pendek non-gelar yang menawarkan sertifikasi dan bidang-bidang khusus untuk guru-guru dan dosen-dosen kami,” ucapnya.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Kemendikbudristek, Beny Bandanadjaja, menyampaikan bahwa pada tahun 2024, terdapat 38 mitra universitas dan 4 mitra luar negeri yang telah melamar untuk melakukan skema tematik dengan Indonesia. Riset tematik yang dikemas dalam Skema Konsorsium Produk Riset Terapan dan Kolaborasi Riset Internasional ini ditujukan untuk mendukung program pemerintah di sejumlah bidang, di antaranya bidang perubahan iklim, biomaterial, pengembangan baterai, dan sebagainya.
Dalam rangkaian JWG ke-13 juga dilakukan diskusi tematik bersama narasumber ahli tentang sejumlah topik yang menjadi prioritas Indonesia dan Prancis, salah satunya adalah bidang teknologi digital dan STEM. Dalam kesempatan tersebut, Direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Aliridho Barakbah, memaparkan terkait dampak digital dan sosial dari penelitian STEM.
Ali menjelaskan penerapan STEM dalam pendidikan vokasi sangatlah dominan. “Sesuai dengan visi yang diangkat oleh pendidikan vokasi, STEM merupakan salah satu implementasi dari bentuk keterangkaian dari Science, Technology, Engineering, Math dalam satu kesatuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Ali menyampaikan praktik baik dari penerapan penelitian STEM di PENS. Ia mengatakan bahwa PENS telah menerapkan pembelajaran bersasis proyek yang menghubungkan antara konsep dasar dengan STEM untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat.
“Di antaranya menganalisis tingkat penggundulan hutan melalui foto satelit, mendeteksi sampah plastik, rekognisi dan mengukur tingkat risiko yang ada di sungai. Semua proses itu melibatkan mahasiswa kami, mulai dari membuat konsep hingga masalah tersebut terselesaikan, semua dilakukan oleh mahasiswa,” tutur Ali.