Jakarta – Kasespim Polri, Irjen Prof Dr Chryshnanda Dwilaksana, menyatakan bahwa moralitas Jenderal Hoegeng Iman Santoso, mantan Kapolri ke-5, adalah nasihat yang terus diingat dan dituturkan. Hal ini diungkapkan setelah Chryshnanda menghadiri pameran dan peluncuran buku tentang Jenderal Hoegeng di Balai Budaya, Menteng, Jakarta Pusat.
Acara tersebut, yang berjudul “Pitutur Hoegeng Bertutur,” merupakan bagian dari pembelajaran di Sespim Lemdiklat Polri. Para peserta didik diajak berdialog dengan tokoh-tokoh yang bisa menjadi panutan dan memberikan motivasi.
Di Sespim, terdapat materi tentang dialog peradaban, dan Jenderal Hoegeng dijadikan contoh sebagai polisi yang berbudaya. Selain sebagai polisi yang melindungi, mengayomi, melayani, dan menegakkan hukum, Jenderal Hoegeng juga dikenal sebagai penghibur. Ia sadar bahwa tugas polisi adalah untuk kemanusiaan, keteraturan sosial, dan peradaban.
“Acara Pitutur Hoegeng Bertutur ini merupakan suatu bagian pembelajaran di Sespim Lemdiklat Polri. Di mana para Serdik ini diajak untuk berdialog dengan para tokoh, dengan orang-orang yang bisa menjadi panutan, orang-orang yang menginspirasi, dan orang-orang yang bisa memberi motivasi atau boleh dikatakan orang yang pantas dan benar, layak, dan menyelamatkan,” kata Chryshnanda, kepada wartawan, Rabu (10/7/2024).
Jenderal Hoegeng selalu membawa alat komunikasi berupa handy talky (HT) sebagai bentuk tanggung jawab dan kepeduliannya. Nama “Iman Santoso” baru digunakannya setelah ia memegang prinsip-prinsip keutamaan yang diyakininya.
Artefak dan nasihat-nasihat Jenderal Hoegeng yang dipamerkan menjadi literasi yang bukan hanya untuk dibaca, tetapi juga untuk mengubah cara berpikir. Moralitas Jenderal Hoegeng menjadi teladan dan nasihat yang terus dituturkan untuk semua orang.
Chryshnanda menekankan pentingnya perubahan mindset dalam menemukan dan melaksanakan keutamaan, serta menjadikan moralitas Jenderal Hoegeng sebagai pitutur yang selalu relevan.