Pengamat Ekonomi, Yanuar Rizki mengungkap ciri-ciri figur mengisi kursi Kepala Badan BUMN di era presiden terpilih Prabowo Subianto dalam diskusi Mencari Figur Ideal Kepala Badan BUMN di Jakarta, Kamis (10/10).
Menurut Yanuar, Prabowo adalah sosok yang sangat strukturalis. Dengan demikian, kemungkinan sosok yang akan dia tunjuk mengelola Badan BUMN ke depan adalah seorang strukturalis alias policy maker.
“Karena momentumnya akan ke badan, menurut saya figurnya ke depan akan orang yang lebih banyak pernah mengurusi regulasi,” ungkap Yanuar.
Dia menuturkan, dengan mereformasi BUMN menjadi badan, tampaknya pemimpin yang diperlukan tidak akan sama seperti yang ada sekarang. Ini bukan hanya tentang individu, tetapi juga tentang figur.
“Sekarang kan pendekatannya bahwa swasta harus menang nih, kalau menurut saya kalau dengan badan, kayaknya bentuk orangnya gak akan kayak yang sekarang. Bukan orangnya aja, tapi figurnya pun bukan yang sekarang,” jelas Yanuar.
“Kelihatan dengan badan ini pendekatannya akan lebih kepada orang strukturalis dan memang orang kuat di persoalan di struktur,” kata dia menambahkan.
Menurut Yanuar, Erick Thohir sebagai Menteri BUMN menjalankan peran yang cukup tricky. Meski terlihat seolah-olah tidak terjadi apa-apa, sebenarnya Erick bermain di balik layar bersama rekan-rekannya.
BUMN yang seharusnya menghasilkan laba besar justru ditahan, dan keuntungannya dipakai untuk kepentingan tertentu oleh Erick dan kelompoknya. “Kalau menurut saya menteri yang seperti ini jangan diteruskan,” tegas Yanuar.
Yanuar menyarankan agar pemerintah ke depan fokus membersihkan praktik korupsi di tubuh BUMN. Pemerintahan harus punya yang antikonflik kepentingan.
“Jadi, intinya, pesannya cuma satu aja. Kata Warren Buffett kalaukamu dapet orang pintar, tapi integritasnya jelek, kiamat, lho,” kata Yanuar.
Yanuar mengemukakan, sosok ideal untuk menduduki posisi Badan BUMN ke depan harus memiliki kompetensi dan kecerdasan yang tinggi. Namun, yang paling penting adalah integritas.
“Dan di mana pun kalau bosnya beres, bawannya beres. Tapi, kalau atasnya udah gak beres, apalagi di lima tahun terakhir ini, ya kan Kita lihat sendiri atraksi konflik kepentingan di mana-mana,” ujar dua.
Yanuar menyatakan, tantangan mendesak bagi Prabowo adalah menentukan kepala Badan BUMN. Ini menjadi ujian awal yang krusial, karena keputusan tersebut akan berdampak besar pada kinerja dan integritas Badan BUMN.
Yanuar mengatakan, Prabowo harus harus memberikan sinyal jelas ke masyarakat akan memberantas korupsi dan konflik kepentingan di tubuh BUMN.
“Dan Prabowo bilang, kalau partner saya menemukan saya korupsi, tinggalan saya. Jadi artinya, sinyal pertama yang harus Prabowo katakan, di BUMN. Tidak ada lagi cerita konflik kepentingan,” ujar Yanuar.
Yanuar mengatakan bahwa menempatkan tim sukses di BUMN bisa dianggap sebagai “winner take all,”. Namun, dia percaya Prabowo memahami pentingnya memilih orang yang loyal, kompeten, dan berintegritas.
“Menurut saya, Prabowo orang yang sangat paham, bahwa misalnya kalau pun mencontoh mantan mertuanya, Pak Harto. Pak Harto kan selalu gitu, pertama, orang itu punya kompetensi, punya integritas,” ujar dia.
Nemun, Yanuar menyakini Prabowo pasti memiliki orang-orang yang tidak hanya loyal, tetapi juga memiliki kompetensi dan integritas.
“Tapi menurut saya, Prabowo juga kan pasti punya orang yang loyal, yang memang punya kompetensi, punya integritas,” pungkas Yanuar.