Fukuoka, Kemendikdasmen – Kegiatan Kyushu University Asia Week bertema Sharing Cultures-Enhancing Peace and Friendship telah berlangsung pada 5 s.d. 9 November 2024 di Fukuoka, Jepang. Kegiatan ini mempromosikan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dan memperkuat kerja sama internasional melalui berbagai macam skema kolaborasi, salah satunya berupa international exchange.
Tahun 2024 merupakan tahun ke-5 kegiatan Kyushu University Asia Week, di mana rangkaian acara yang dihelat di Kampus Ito, Kyushu University ini meliputi Asian and Oceanian Award, SDGs (Sustainable Development Goals) Seminar, dan Brown Bag Seminar yang berfokus pada regional Asia dan Oceania.
Selain itu, Kyushu University Asia Week 2024 juga menyelenggarakan kegiatan bertema Indonesia yang dilaksanakan pada hari Jumat (8/11) dengan mengangkat kisah para diaspora Indonesia di Jepang dalam kegiatan bertajuk Story of Indonesian Diaspora in Japan.
Acara ini dibuka oleh Wakil Rektor Kyushu University, Shimizu Shuji. Dalam sambutannya, Shimizu memberikan apresiasi atas peran dan konsistensi Indonesia dalam memeriahkan kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Kyushu University. Ia juga menekankan bahwa kegiatan bertema Indonesia di Kyushu University Asia Week menjadi yang paling konsisten sejak program ini diluncurkan tahun 2020 yang lalu, dan berharap dapat terus berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan Kyushu University lainnya.
Hal ini karena Indonesia merupakan salah satu penyumbang pelajar internasional terbanyak di Kyushu University (nomor 3 terbanyak setelah Republik Rakyat Tiongkok dan Korea Selatan).
Pada kesempatan yang sama, Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo, Amzul Rifin, turut memberikan apresiasi atas terselenggaranya acara.
“Kiranya kegiatan ini dapat membuka jejaring antar sesama peneliti Indonesia yang sedang berkarir di Jepang dan membuka peluang kerjasama melalui skema riset dengan lembaga riset dan universitas yang ada di Indonesia,” jelas Amzul.
Rangkaian acara Story of Indonesian Diaspora in Japan dibagi menjadi dua sesi utama. Plenary session dihadiri oleh lima pembicara utama yaitu: Helmindawati Ishibashi (Dosen Bahasa dan Budaya Indonesia di Chikushi Jogakuen University), Sastia Putri (Osaka University), dan Muhammad Aziz (The University of Tokyo), Fumihiko Yokota (Kyushu University), serta Kuniyoshi Shimizu (Kyushu University).
Helmindawati, atau yang akrab disapa dengan Ibu Emi, memaparkan kisah beliau tentang bagaimana mengenalkan beraneka ragam budaya dan Bahasa Indonesia kepada warga Jepang hingga menghasilkan sekitar 30 murid orang Jepang yang tertarik untuk belajar budaya dan bahasa Indonesia.
Selanjutnya, Fumihiko Yokota memaparkan salah satu penelitiannya terkait Infectious diseases preventing research through “one health” approach in the aging society of Asia.
Fumihiko memaparkan bahwa saat ini Jepang sudah memasuki masa super aging society dan dalam beberapa tahun kedepan akan ada beberapa negara di Asia juga yang masuk ke fase aging society. Hal ini akan berdampak kepada munculnya banyak tantangan di bidang kesehatan, salah satunya terkait dengan penyakit Tuberkolosis (TB),” ungkapnya.
Tak luput, Fumihiko juga memaparkan ide riset tentang bagaimana memanfaatkan teknologi learning dalam mempelajari karakteristik terkait jenis batuk untuk mendeteksi TB.
Kemudian, Kuniyoshi Shimizu memaparkan materi terkait How should we utilize Indonesian natural resources for sustainable development based on scientific evidence? Disini Kuniyoshi fokus menjelaskan beberapa manfaat tanaman asli Indonesia seperti jamu, dan aroma dari tanaman akar wangi secara ilmiah.
Saat sesi pemaparan dari Sastia Putri, beliau memberikan gambaran terkait penelitian di bidang Mass spectrometry-based metabolomics for quality improvement of Indonesian high value agriculture products. Selain itu, Sastia juga memberi semangat kepada para peneliti muda Indonesia di Jepang untuk berkiprah di kancah internasional.
Adapun Muhammad Aziz memaparkan penelitian terkait Bringing Mutual Sustainability in Energy: Building a Research Collaboration in Hydrogen Energy between Japan and Indonesia sekaligus menekankan peran penting berkolaborasi dengan berbagai pihak di Indonesia dalam mendorong kerjasama antara Jepang dan Indonesia di bidang energi dan pendidikan.
Peran diaspora yang berkarir di Jepang telah memberikan dampak positif baik itu bagi instansi tempat diaspora bekerja maupun bagi Indonesia. Secara khusus, kehadiran diaspora ini membuka banyak peluang kerjasama baik itu dengan para peneliti di Indonesia maupun melalui skema pertukaran mahasiswa dan pemberian beasiswa kepada mahasiswa/i yang hendak melanjutkan studinya di Jepang.
Pada sesi kedua dilanjutkan dengan Flash Talk Session di mana 10 diaspora Indonesia dari berbagai sektor baik itu akademisi (universitas dan institusi riset), praktisi, dan entrepreneur berbagi terkait penelitian dan pengalaman mereka selama di Jepang. Selain itu juga ada pemaparan terkait dengan bagaimana peran alumni, khususnya alumni Kyushu University, sebagai jembatan dalam membantu para mahasiswa/i Indonesia yang hendak mencari pekerjaan (baik di Jepang maupun di Indonesia) selepas menyelesaikan pendidikan di berbagai universitas di Jepang.
Sebagai penutup rangkaian acara Story of Indonesian Diaspora in Japan, Irwan L. Simanullang yang saat ini berkarir di bidang Nuclear Engineering memperkenalkan komunitas Ikatan Ilmuwan Internasional Indonesia (I-4) sebagai wadah para peneliti Indonesia (baik yang berkerja di dunia akademisi maupun di bidang research and development perusahaan) dalam memperkuat dan membuka jejaring antar peneliti senior dan junior. (Atdikbud KBRI Tokyo / Editor: Andrew Fangidae, Stephanie, Denty A., Seno Hartono)