Jakarta (08/07) –Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) bekerjasama dengan Ministry of Gender Equality and Family of Korea (MoGEF) Korea Selatan menyelenggarakan kegiatan Kick off Ceremony dan Korea-Indonesia Project Steering Committee Meeting, yang merupakan tanda dimulainya secara resmi proyek Official Development Assistance (ODA) Indonesia-MoGEF Korea Selatan Tahun 2024, di lokasi percontohan Sekolah Perempuan Jawa Barat, Jumat (5/7).
Kegiatan ini merupakan agenda di tahun terakhir dari rencana kerjasama atau MOU antara Kemen PPPA dan MoGEF Korea Selatan dalam mendorong pemberdayaan sosio-ekonomi perempuan Indonesia melalui pelatihan vokasional yang berkelanjutan bagi perempuan di Jawa Barat. Kerja sama ini dilaksanakan melalui proyek/bantuan hibah yang berlangsung selama 5 (lima) tahun dan telah diinisiasi sejak tahun 2020.
“Kerjasama ini bertujuan untuk memperkuat pembangunan pemberdayaan perempuan Indonesia dibidang ketenagakerjaan dan kewirausahaan khususnya di Jawa Barat. Sejak tahun 202o kegiatan sudah terlaksana di Sekolah Perempuan Jawa Barat di Kota Bandung, dalam pelaksanaannya pemerintah bergandengan tangan dengan pemerintah daerah juga bermitra dengan instansi terkait lainnya seperti Balai Latihan Kerja Mandiri (BLKM) dan UNIKOM. Harapannya selepas ini akan lebih banyak mitra yang terlibat untuk keberlanjutan program,” ujar Plt. Bidang Kesetaraan Gender Kemen PPPA, Rini Handayani.
Rini menuturkan Proyek ODA di tahun 2024 akan dilaksanakan mulai dari bulan Juli hingga Desember 2024, yaitu diantaranya adalah pelatihan kejuruan secara tatap muka maupun daring dengan tema memasak, kecantikan, pertanian, IT, dan E-commerce, pendidikan pra-kewirausahaan, pendidikan ketenagakerjaan, penguatan pemahaman pengarusutamaan gender, dan strategi menghubungkan wirausaha perempuan dengan pasar online.
Melalui proyek ODA MoGEF ini, KemenPPPA berupaya membangun sistem pelatihan vokasional yang berkelanjutan dengan menghubungkan perempuan ke pasar tenaga kerja maupun sebagai wirausaha, serta menyusun rekomendasi kebijakan vokasional yang responsif gender. Sebelum program berakhir, Rini menekankan 6 hal penting yang harus menjadi perhatian semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program.
Pertama, terkait tindak lanjut dari program ini sehingga perlu menyiapkan exit strategy dan keberlanjutan program di Jawa Barat dan replikasi di daerah lain. Kedua, perlu memperhatikan mekanisme seleksi peserta program yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan demi pencapaian output dan outcome kegiatan secara maksimal. Ketiga, memperkuat pelibatan lembaga masyarakat, akademisi, dan dunia usaha serta pihak lainnya dalam pelaksanaan ODA Project MoGEF. Kelima, perlu menyepakati strategi pelaksanaan monitoring dan evaluasinya. Keenam, menyusun laporan akhir proyek ini secara komprehensif mulai dari 2020, sehingga dapat menjadi rujukan proses penyusunan kebijakan bagi pemerintah pusat maupun daerah,” jelas Rini.
Director of International Cooperation, MOGEF Korea Selatan, Jeong Hoe-Jin menyampaikan rasa bahagia dan terima kasihnya kepada seluruh pihak terkait, karena proyek dapat berlangsung dengan baik hingga tahun terakhir.
”Suatu kehormatan bagi kami untuk bisa mendukung pemberdayaan perempuan di Indonesia sampai dengan tahun terakhir proyek ini. Bisa membagi kinerja dan waktu bersama-sama (dalam proyek ini) sangat berarti bagi kami. Saya mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia dan Kemen PPPA serta pihak DoRun DoRun (NGO Korea) dan instansi terkait lainnya yang sudah bekerjasama selama 4 tahun terakhir,’’ ujar Director of International Cooperation, MOGEF Korea Selatan, Jeong Hoe-Jin.
Menanggapi beberapa hal yang menjadi perhatian Kemen PPPA terkait keberlanjutan program, Jeong Hoe-Jin yakin meskipun proyek akan berakhir tahun ini, Pemerintah Indonesia akan menjamin keberlanjutan program dengan bersinergi lintas pihak.
“Saya berharap pemerintah Indonesia akan terus berupaya menyiapkan berbagai cara agar proyek ini dapat berlanjut setelah proyek berakhir. Termasuk membuat model-model program penguatan kapasitas perempuan, seperti kurikulum pelatihan kerja untuk perempuan agar dapat direplikasi dan menyebar luas di Indonesia. Kami yakin berdasarkan pengalaman selama (proyek) ini, pelaksanaan pendidikan ketenagakerjaan dan kewirausahaan akan dilaksanakan dengan penuh dedikasi,” tambah Jeong Hoe-Jin.
Ketua Umum Sekolah Perempuan Jawa Barat, Raden Roro Amanda Soemedi mengatakan sebagai penerima manfaat proyek ODA Indonesia-Korea, Sekolah Perempuan Jawa Barat menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak terutama MoGEF Korea dan Kemen PPPA atas kerjasama yang telah dan tengah berlangsung. Amanda menjelaskan ada total 6 jenis pelatihan yang nantinya akan dilaksanakan dalam waktu dekat, yakni agrikultur, memasak, menjahit, kecantikan, IT dan E-commerce yang dilangsungkan di Sekolah Perempuan Jawa Barat dan 54 SMK yang tersebar di 27 Kab/Kota se-Jawa Barat dengan target peserta sebanyak 980 perempuan se-Jawa Barat.