KEPULAUAN TANIMBAR (27 Juni 2024) – Dari kejauhan, sorot matanya yang bersahaja tak henti mengawasi pergerakan aktif puluhan anak-anak di sekitarnya. Sesekali tangannya mengguratkan tinta dari bolpoin, menandai daftar nama anak yang ia bawa. Di sudut lain, terdengar teriakan yang terlontar dari mulut salah satu anak, “Suster masih lama kita pulangnya toh,” yang disambut senyumnya seraya menenangkan anak tersebut. Anak-anak biasa memanggilnya sebagai Suster Yohana. Anak-anak spesial itu dibawa oleh Suster Yohana ke Pendopo Bupati sebagai peserta dalam kegiatan Bakti Sosial yang diselenggarakan Kementerian Sosial pada Rabu (26/6).
Suster Yohana (44) memiliki nama lengkap Sr. Yohana Eko, ALMA. Lebih dari separuh hidupnya, yakni selama 23 tahun, didedikasikan untuk mengabdi pada sebuah Panti Asuhan yang bernama Panti Asuhan Bhakti Luhur Saumlaki, Tanimbar. Saat ini Suster Yohana dipercaya sebagai ketua panti asuhan tersebut. Panti Asuhan Bhakti Luhur Saumlaki telah berdiri sejak tahun 1962, dan pada 2001, Suster Yohana bergabung ke dalam kepengurusan panti hingga saat ini. Visi panti asuhan adalah “menjangkau yang tak terjangkau”. Panti asuhan Bhakti Luhur Saumlaki memiliki 3 misi yaitu misi amal, pendidikan, dan kesehatan. “Kita tidak hanya menampung, tapi juga merehabilitasi,” jelas Yohana.
Panti Asuhan Bhakti Luhur Saumlaki menerima pelayanan untuk anak, terutama anak penyandang disabilitas miskin, terlantar, dan dipinggirkan. Umumnya ketika kedisabilitasan tersebut disebabkan karena fisik, psikis, mental, sosioekonomi dan berdampak pada keterbelakangan dalam perkembangannya, maka disini lah peran panti asuhan pimpinan Suster Yohana masuk untuk menjangkaunya.
Para penerima manfaat di Panti Asuhan Bhakti Luhur memiliki rentang usia mulai dari yang termuda usia 5 bulan, hingga yang paling tua berusia 46 tahun. Di sana juga terdapat Sekolah Luar Biasa (SLB) dengan jenjang pendidikan SD hingga SMA. Tiap ruang belajarnya berisikan 8 murid dan dibagi ke dalam kategori kejurusan, yaitu tuna netra, tuna rungu wicara, tuna grahita, tuna daksa, dan autis. Terdapat 15 orang pengajar yang terlatih dalam menangani masing-masing kebutuhan khusus anak-anak di sana. “Dari SMP hingga SMA, kita bekali dengan vokasional sesuai dengan kebutuhan,” jelas Yohana.
Kehadiran Suster Yohana bersama puluhan anak berkebutuhan khusus di Pendopo Bupati tersebut ditujukan karena akan dilakukan penyerahan bantuan oleh Ibu Menteri Sosial Tri Rismaharini yaitu kursi roda, tongkat kruk, hingga alat bantu dengar. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian acara yang dilaksanakan pada Acara Puncak Bakti Sosial di Kab. Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku.
Lebih lanjut, Suster Yohana menyebutkan seringkali para orang tua di luar sana masih menganggap kondisi kebutuhan khusus yang dialami anaknya merupakan suatu hal yang tidak dapat diapa-apakan lagi dan cenderung para orang tua itu berpasrah diri dengan kondisi, bahkan tak jarang menganggapnya sebagai beban. Namun, melalui Panti Asuhan yang dipimpinnya, Suster Yohana berulang kali memberikan pemahaman bahwa jika kita jeli melihat, sebenarnya anak-anak spesial itu memiliki potensi yang bisa dikembangkan. Contohnya adalah ananda Modesta Angwar Mase (17), juara lomba lari nasional di Makassar pada tahun 2017.
Suster Yohana berusaha memberikan sudut pandang baru, bahwa para anak spesial yang awalnya dianggap beban oleh orang tuanya, suatu saat kelak bisa menjadi kebanggaan. Hal ini menyadarkan kita bahwa kondisi spesial itu sebagai anugerah khusus pada orang-orang pilihan Tuhan, karena sejatinya semua orang berhak untuk sukses dan berhasil, tak terkecuali para anak berkebutuhan khusus yang dirawat oleh Suster Yohana. Kehadiran Suster Yohana di Tanimbar sebagai pemerhati anak berkebutuhan khusus layaknya sebuah pelita di gelapnya malam, yang menjadi penjaga secercah sinar harapan pada diri anak-anak spesial yang berada di sudut Timur Indonesia.